Tuntutan Pendidikan Secara Konkret dengan Tata Bahasa dari Surat Edaran
“Pendidikan
hari ini sudah kehilangan ruh sejatinya sebagai upaya untuk memanusiakan
manusia dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.”
Kutipan itu kuambil dari
sebuah latar belakang masalah dari sebuah kerangka proposal penelitian, keren,
ya? Xixixi. Membahas pendidikan di Indonesia tidak akan ada habisnya
apalagi di masa seperti ini. Banyak sekali perubahan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi permasalahan pendidikan di negeri ini.
Namun, dalam wacana ini
bukan untuk membahas perihal pendidikan yang sangat luas tersebut. Akan tetapi,
aku ingin membahas suatu yang sedikit menarik perhatian yang kutemukan di media
sosial, Twitter, lebih tepatnya di akun Karawangfess. Aku menemukan sebuah edaran
yang isinya kurang lebih menuntut institusi pemerintahan daerah untuk menyelesaikan
masalah pendidikan di daerah tersebut. Warganet ada yang berkomnetar netral, kontra dan ada
pula yang pro dengan edaran tersebut, misalnya dari akun: @ilham_mmaulana, “Dibilang
langkah yang bagus mah bagus banget kawan. Tapi poin dua "meratakan
fasilitas" maksudnya menggusur sekolah sampai rata untuk dibangun kebun
kelapa sawit apa "pemenuhan fasilitas secara merata" nah itu harus
jadi bahan evaluasi bersama.” Kemudian dari @metsmuda, “Diliat dari
reply nya banyak yang tidak fokus kepada poin-poin tuntutannya, tendensinya
lebih mengkritik perihal redaksinya. Pantes aja sih pada diem2 bae padahal
karawang juga termasuk kota dengan tingkat kemiskinan terekstrem.” Lalu
ada dari @xonwilgo, “Maklum aja guys disini terbukti kalau pendidikan
Karawang memang gagal. Liat aja produk lulusannya ga mengerti penulisan, dan
logika gagasannya masih berantakan. . Situasinya serius. Institusi
pendidikannya gagal.” Terakhir dari @herdianass, “Bisa
bisanya surat kaya gini rilis, malu kalau emg mahasiswa tapi penulisan masih
acak2an, kebanyakan mahasiswa jaman skrng cuma bisanya aksi tapi gak tau
caranya birokrasi.”
Mungkin akan lebih baik aku
tampilkan terlebih dahulu mengenai edaran yang dimaksudkan:
Isinya seperti yang
kusebutkan di atas; menuntut institusi pemerintahan daerah untuk menyelesaikan
masalah pendidikan di daerah tersebut. Namun, bukan itu fokus permasalahan yang
aku angkat dalam celoteh ini. Akan tetapi, mengenai penulisan dari surat edaran
tersebut. Seperti dapat kalian saksikan sendiri dalam surat edaran tersebut betapa
kerennya tipografi dan tata bahasa yang digunakan di dalamnya, xixixi. Namun,
dalam surat tersebut barangkali memiliki sebuah makna tersembunyi yang menarik
untuk menjadi sebuah bahan bahasan.
Surat
tersebut diterbitkan oleh sebuah kelompok atau mungkin institusi yang menamai
diri mereka Gemak (Gerakan Mahasiswa Karawang) yang dikoordinasi oleh Bayu
Baptistuta Ginting‒aku kurang mengetahui juga siapa sebenarnya mereka. Awalnya
aku pikir ketika melihat logonya merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh Institut
Teknologi Sepuluh Nopember terhadap institusi pemerintahan di daerah mereka,
tetapi kok ada yang ganjil, ya, kok daerahnya Karawang terus tuntutannya
mengenai salah satu program Pemda Karawang, beasiswa Karawang Cerdas. Ternyata
setalah dibaca-baca lagi ternyata memang gerakan ini diprakarsai oleh mahasiswa
salah satu perguruan tinggi di kabupaten Karawang.
Setelah
sedikit mengenal siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut, mari kita kembali
kepada surat edarannya. Dalam surat edaran tersebut tertulis tema utama atau
tuntutan utama dalam aksi itu “Peduli Pendidikan di Karawang” dengan 5 poin tuntutan:
1) Gagalnya program Karawang Cerdas; 2) gagalnya pemerintah daerah dalam meratakan
fasilitas pendidikan untuk jenjang SD dan SMP di wilayah terpencil di daerah tersebut;
3) gagalnya pemerintah daerah dalam merawat fasilitas pendidikan di jenjang SD
dan SMP; 4) gagalnya pemerintah dalam pengelolaan CSR; dan 5) Memberikan
pendidikan kepada pengamen dan gembel yang belum pernah mengenyam pendidikan.
Mungkin,
tidak terasa aneh jika membaca dari tuntutannya. Akan tetapi, jika dilihat dari
segi penulisan membikin mual yang melihatnya, banyak sekali kesalahan yang ada
dalam surat tersebut; dari mulai kesalahan logika, kesalahan kosa kata,
kesalahan ejaan, dan kesalahan pungtuasi. Namun, penulis atau yang menyebarkan
sured tersebut memang mempunyai masalah dengan pendidikan sepertinya, khususnya pendidikan
bahasa Indonesia, mungkin.
Akan
tetapi, aku mencoba melihat sisi lain dari tulisan tersebut, barangkali, ya, barang
kali ini mah; penulis atau yang menyebarkan sured itu punya maksud tersembunyi dalam
bentuk tulisannya. Dalam sured-kan banyak sekali kesalahan dalam berbahasa yang
dilakukan, bisa jadi maksud dari sured di atas ialah memang menjelaskan carut marut
pendidikan di daerah tersebut. Sehingga edaran tersebut dibuat dengan tata
bahasa yang sangat berantakan untuk menyembunyikan maksud sebenarnya dari
bentuk tulisan yang ditampilkan kepada pembaca.
Jangan terlalu anggap
serius tulisan ini, karena aku menulisnya juga hanya sambil lalu saja kebetulan
sedang gabut di kosan, xixixi.
Tentang Penulis
F.
Yusuf, masih belajar menulis; pernah jadi tukang foto sama video.
Komentar
Posting Komentar